Dampak Keputusan Suku Bunga The Fed Terhadap Nilai Tukar Rupiah

Gambaran Umum

Keputusan terbaru oleh The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga telah menciptakan gelombang di pasar mata uang, terutama memengaruhi Rupiah Indonesia. Per tanggal Kamis, 14 Desember 2023, Rupiah berisiko melemah menjadi Rp15.710 per dolar Amerika Serikat.

Ringkasan Pasar

Pada sesi perdagangan sebelumnya pada Rabu, 13 Desember 2023, Rupiah ditutup pada posisi Rp15.660 terhadap dolar Amerika Serikat. Namun, mata uang ini sekarang rentan untuk melemah lebih lanjut, mencerminkan tren lebih luas di antara mata uang Asia setelah keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga. Data Bloomberg pada pukul 16.00 WIB menunjukkan penurunan sebesar 0,25%, dengan Rupiah ditutup pada Rp15.660 per dolar AS. Sementara itu, Indeks Dolar AS naik sebesar 0,09% menjadi 103,95.

Mata uang Asia lainnya juga menunjukkan tren penurunan yang serupa terhadap penguatan dolar AS, dengan Yen Jepang, Dolar Hong Kong, Dolar Singapura, dan Dolar Taiwan semuanya mengalami penurunan. Situasi ini semakin rumit dengan memburuknya disinsflasi di China, menyebabkan kerugian besar dalam impor komoditas dan menimbulkan kekhawatiran akan permintaan ekonomi global.

Lanskap Yang Tidak Pasti

Ibrahim Assuaibi, Direktur Laba Forexindo Berjangka, menyoroti ketidakpastian yang melanda pasar. Meskipun ada keyakinan bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga, pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi konsumen yang tinggi menimbulkan ketidakpastian terhadap prospek bank sentral pada tahun 2024.

Assuaibi menekankan bahwa setiap sinyal hawkish dari The Fed dapat memicu penurunan tajam pada aset-aset yang dipicu oleh risiko, seperti yang telah meningkat tajam selama sebulan terakhir di tengah optimisme terhadap kebijakan The Fed. Harga dana berjangka Fed menunjukkan peluang 43% penurunan suku bunga pada bulan Maret, turun tajam dari 60% yang diperkirakan pada minggu lalu.

Faktor Domestik

Di tingkat domestik, para pelaku pasar terus memantau komentar-komentar dari para ekonom, yang terus memberikan komentar positif tentang pertumbuhan ekonomi di tahun 2024. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi melambat pada tahun politik 2024, berkisar antara 4,9% hingga 5%, dibandingkan dengan prediksi 5% untuk tahun 2023.

Pemilu yang akan datang memberikan kontribusi terhadap sentimen berhati-hati, memengaruhi berbagai aspek seperti konsumsi rumah tangga yang stabil, investasi yang relatif stabil karena perlambatan faktor politik, pelemahan ekspor karena menipisnya surplus, dan penguatan belanja pemerintah.

Ibrahim memproyeksikan tingkat inflasi umum turun pada tahun 2024 menjadi sekitar 2,5% hingga 3%. Namun, kekhawatiran muncul terkait kenaikan harga pangan yang menyebabkan inflasi pangan lebih tinggi. Konsumsi rumah tangga yang stabil cenderung melemah, investasi terkendali karena faktor politik, bersama dengan pelemahan ekspor, menciptakan lanskap ekonomi yang terkait dengan konteks geopolitik.

Menengok ke Depan

Pasca-keputusan The Fed, Rupiah diperkirakan akan menunjukkan tren fluktuatif pada sesi perdagangan berikutnya. Mata uang ini diantisipasi akan ditutup melemah, berada dalam kisaran Rp15.640 hingga Rp15.710.

Kesimpulan

Saat The Fed berhadapan dengan kompleksitas pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang persisten, lanskap mata uang global mengalami fluktuasi. Bagi Rupiah, perjalanan ke depan terlihat bergolak, dipengaruhi tidak hanya oleh faktor internasional tetapi juga oleh pertimbangan domestik, termasuk pemilihan umum yang akan datang dan penyesuaian ekonomi.