Harga perak bertahan stabil di kisaran US$62,5 per ons pada awal pekan, tetap berada sangat dekat dengan level tertinggi sepanjang masa. Sejak awal tahun, logam mulia ini telah melonjak lebih dari 100%, menegaskan salah satu reli paling agresif di pasar komoditas global. Kenaikan tajam ini terutama dipicu oleh pasokan yang semakin ketat serta permintaan industri yang terus menguat, khususnya setelah perak resmi masuk dalam daftar mineral penting di Amerika Serikat, sebuah langkah strategis yang memperkuat prospek jangka panjangnya.
Permintaan terbesar datang dari sektor-sektor dengan pertumbuhan eksplosif, seperti energi surya, kendaraan listrik, dan pusat data. Perak memiliki peran krusial sebagai konduktor dengan efisiensi tinggi, sehingga sulit digantikan dalam teknologi panel surya dan komponen elektronik canggih. Seiring ekspansi global energi terbarukan dan digitalisasi, kebutuhan industri terhadap perak terus meningkat, memperdalam defisit pasokan yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir.
Sentimen pasar juga diperkuat oleh arus masuk dana ke ETF berbasis perak serta meningkatnya pembelian ritel. Investor memandang kombinasi antara permintaan struktural dan keterbatasan pasokan sebagai fondasi kuat bagi harga, bahkan membuka peluang defisit berlanjut hingga tahun depan. Keyakinan ini membuat perak tidak lagi diposisikan semata sebagai logam mulia lindung nilai, tetapi juga sebagai aset strategis dalam rantai pasok teknologi masa depan.
Meski demikian, kehati-hatian mulai muncul setelah reli panjang. Pada akhir pekan lalu, harga perak sempat terkoreksi lebih dari 2% akibat aksi ambil untung. Sejumlah analis menilai valuasi perak sudah relatif mahal jika dibandingkan dengan emas, sehingga rentan terhadap koreksi jangka pendek. Kekhawatiran tambahan datang dari potensi perubahan kebijakan, termasuk pengecualian tarif AS yang dapat memengaruhi dinamika permintaan industri dan perdagangan global.
Di sisi makroekonomi, pelemahan dolar AS pasca pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pekan lalu masih menjadi bantalan bagi harga perak. Dolar yang lebih lemah umumnya mendukung komoditas berdenominasi dolar. Namun, arah pelonggaran kebijakan moneter selanjutnya, khususnya menuju 2026, masih belum jelas dan dapat memengaruhi volatilitas pasar ke depan. Dengan kondisi ini, perak berada di persimpangan antara kekuatan fundamental yang solid dan risiko koreksi teknikal setelah reli tajam.
Source: Newsmaker.id
